TrendNews – Budi Harun, seorang instruktur dan komposer musik asal Kalimantan Barat, mengisahkan awal mula kecintaannya pada musik yang dimulai sejak usia lima tahun.
Pada saat itu, ia meminta dibelikan gitar mainan plastik dengan empat senar kepada orang tuanya.
Darah seni musik Budi mengalir dari adik-beradik neneknya yang berbakat dalam memainkan biola, saksofon, dan akordeon.
Neneknya yang dahulu memiliki orkes Tanjidor sering memainkan lagu-lagu Jepang karena pengaruh perkembangan musik pada zaman itu.
Tidak hanya dari neneknya, bakat musik Budi juga dipengaruhi oleh pamannya yang merupakan seorang pemain gambus.
Meskipun kedua orang tua Budi tidak bisa memainkan alat musik, mereka sangat menyukai musik.
Alat musik pertama yang dikuasai Budi adalah pianika ketika duduk di kelas 2 SD. Pada kelas 3 SD, ia dibelikan harmonika, dan pada kelas 6 SD, ia mendapat gitar saat ulang tahun.
Memasuki kelas 1 SMP, Budi mulai belajar keyboard dan bergabung dalam sebuah band kampung sebagai pemain keyboard.
Saat duduk di bangku SMA, Budi membentuk tim akustik di sekolahnya dengan format vokal grup yang terdiri dari empat orang.
Semua anggota grup bisa bernyanyi dengan menggunakan empat suara dan memainkan alat musik. Mereka sering tampil di berbagai acara, meski pada masa itu jarang ada lomba akustik.
Salah satu penampilan mereka yang terkenal adalah saat acara perkemahan Pramuka di SMA Negeri 1 Sungai Pinyuh.
Perjalanan musik Budi berlanjut hingga ia belajar memainkan alat musik tradisional Sape’ pada tahun 2012 bersama bang Christian Mara.
Keahlian ini ia pelajari karena tuntutan pekerjaannya sebagai seniman dan komposer musik yang sering membuat musik untuk lagu-lagu Dayak.
Budi mulai mendalami musik sebagai profesi pada tahun 2000 setelah menyelesaikan kuliah. Ia mendapatkan kepercayaan dari seorang teman untuk membuatkan aransemen lagu dari Kapuas Hulu, dengan judul album “Tembang Bumi Uncak Kapuas”.
Hingga kini, Budi telah menciptakan sebanyak 18 lagu, dengan beberapa lagu lainnya masih dalam proses penyelesaian.
Tema musik yang dominan dalam karya-karyanya adalah alam, dengan lagu terbaru yang bertema pelestarian hutan dan masih dalam proses rekaman.
Proses penciptaan lagu bagi Budi relatif cepat jika lirik sudah tersedia, sekitar 15-30 menit. Namun, jika lirik belum ada, prosesnya bisa memakan waktu hingga satu jam dengan catatan tidak ada gangguan.
“Kalau belum ada lirik ni yang agak rempong, menghayalnya agak keras, berkisar 1 jam gitulah. Tapi dengan catatan ndak ada yang ganggu, karena bisa merusak mood,” tutupnnya saatdiwawancarai TrendNews, Minggu (9/6).
Saat ini Ia dan rekan seniman Kalbar, menunggu hasil pengumuman dari Kementrian Pendidikan dan Teknologi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah XII untuk mendapatkan Anugrah Kebudayaan Indonesia.