Cinta dan Dedikasi dalam Fotografi: Kisah Santo Epix dari Mimpi Kecil hingga Menjadi Mentor

TrendNews – Santo Epix, seorang fotografer profesional, telah menempuh perjalanan panjang dan penuh inspirasi dalam dunia fotografi.

Minatnya terhadap fotografi sudah terlihat sejak ia masih duduk di bangku SD.

Kecintaan ini dipicu oleh kekagumannya terhadap foto-foto iklan Billboard yang indah dan berkarakter di jalan-jalan.

Namun, karena keterbatasan keuangan saat itu, impian tersebut hanya menjadi angan-angan.

Ketika Santo duduk di bangku SMA, sebuah kesempatan datang ketika tantenya pindah ke Semarang dan meninggalkan kamera analog.

Sejak itu, Santo selalu membawa kamera tersebut ke sekolah dan mulai mengabadikan berbagai momen di sekitarnya.

Selepas SMA, Santo langsung bekerja dan sempat melupakan dunia fotografi.

Namun, pada tahun 2011, ketika kamera digital mulai populer, Santo memutuskan untuk membeli kamera Canon 550D dengan lensa kit.

Awalnya, tujuannya hanya untuk mengabadikan momen bersama anaknya, dari situlah ia mulai merasakan ketertarikan yang mendalam terhadap fotografi.

Pada tahun 2012, Santo memberanikan diri menjadi fotografer profesional.

Ia terus belajar dari para fotografer senior lokal yang ditemuinya melalui Facebook.

Setahun kemudian, Santo memutuskan untuk menekuni dunia fotografi secara penuh waktu, meskipun saat itu ia sudah memiliki usaha yang menghasilkan belasan juta setiap bulannya.

“Saya tinggalkan semua dan mulai dari nol di dunia fotografi, semua ini karena kecintaan saya terhadap fotografi, rasa cinta yang mengalahkan materi,” ungkapnya kepada Trendnews, Kamis 27/6).

Alasan Santo masuk ke dunia fotografi adalah keinginannya untuk berbeda dari mayoritas fotografer yang hanya mengutamakan materi dibandingkan hasil seni.

Ia ingin bekerja dengan hati dan menghasilkan karya yang memiliki nilai seni tinggi.

Job pertama Santo adalah foto pernikahan, yang dimulainya dengan tarif murah sesuai dengan kemampuan skill yang dimilikinya saat itu.

Baca Juga  Risky Kawe, Content Creator Ketapang yang Mengubah Insecurity Menjadi Popularitas

Ia terus terang kepada klien bahwa ia baru mulai berkarir di dunia fotografi, dan kliennya setuju.

Untuk job berikutnya, Santo memberanikan diri mengajak beberapa fotografer senior untuk menemaninya agar ia bisa belajar lebih banyak dan mematangkan ilmu fotografi serta ilmu persuasif.

Tahun 2014, Santo mulai membentuk tim yang terdiri dari anak-anak muda yang baru belajar fotografi.
Ia bekerja sama dengan seorang senior hingga tahun 2018.

“Bang Budi adalah mentor sekaligus sahabat baikku,” ucapnya.

Kini, Santo dan timnya telah menjelajahi berbagai negara dan provinsi untuk mengabadikan momen prewedding kliennya, diantaranya Jepang, Thailand, Singapura, Kuala Lumpur, Bromo, Jogjakarta, Lombok, Bali, Kuching, dan beberapa daerah lainnya.

Untuk foto pernikahan, nilai job yang pernah ia dapatkan mencapai puluhan juta rupiah.

Saat ini, Santo menggunakan Sony a7r III dengan lensa Laowa 35mm f/0,95 manual focus.

Ia lebih memilih lensa manual karena menurutnya lebih ringkas dan cepat dalam pengambilan momen dibandingkan dengan lensa otomatis.

Seiring berjalannya waktu, Santo melihat bahwa komoditi fotografi semakin berkembang, orang-orang mulai menyadari pentingnya dokumentasi.

Selain wedding, Santo kini fokus pada dokumentasi acara-acara seminar, acara sekolah, sosialita, dan produk.

Santo juga mengajarkan anak-anak muda dalam dunia pemotretan.

“Impianku adalah bisa melihat fotografi di Kalimantan Barat berkembang dan diakui di Indonesia. Terutama untuk adik-adik yang baru tamat SMA, supaya kelak mereka punya skill dan menjadikan bidang ini sebagai profesi yang bermartabat. Saya selalu terbuka bagi yang mau berbagi ilmu, dan itu semua GRATIS,” tutup bapak dua anak ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *